KSAD sebut belum ada perintah untuk tambah pasukan di Lebanon
Minggu,hkpoll martabetoto 13 Oktober 2024 13:39 WIB
Jakarta (ANTARA) - Kepala Staf TNI Angkatan Darat (KSAD) Jenderal TNI Maruli Simanjuntak menyebut bahwa dirinya belum ada menerima perintah oleh Panglima TNI Jenderal TNI Agus Subiyanto untuk menambah personel TNI di dalam Pasukan Perdamaian PBB di Lebanon (UNIFIL). "Itu yang mengelola semua dari Panglima TNI, kalau saya hanya posisi bersiap. Kalau memang butuh untuk menambah pasukan ke sana, tentu disiapkan," kata Maruli di Jakarta, Minggu. Ia membeberkan, TNI belum memiliki rencana untuk menambah pasukan guna memperkuat pasukan perdamaian PBB di wilayah tersebut. TNI, lanjut dia, masih hanya fokus untuk memikirkan bagaimana cara membantu kondisi di sana dari sisi yang lain. "Jadi kalau bagaimana, itu tentu akan dibahas di tingkat Mabes TNI," ujar jenderal bintang empat TNI Angkatan Darat (AD) itu. Lebih lanjut dia membeberkan, serangan tembak militer Israel (IDF) yang mengakibatkan dua personel TNI juga akan menjadi bagian dari pembahasan. Maruli mengatakan jika ada kejadian, khususnya terhadap pasukan yang ada di luar negeri, maka TNI tentu segera mengevaluasi kondisi terkini. "Jadi mudah-mudahan bisa tetap aman dan TNI bisa bekerja seperti biasa. Kalau cedera personel kemarin tentu akan jadi bahan evaluasi, kami coba memikirkan agar tidak terjadi hal yang lebih fatal lagi ke depannya," ujar dia. Ia menambahkan, sampai saat ini TNI masih dalam posisi memantau dan menunggu kondisi terkini yang terjadi di Lebanon. Sebab, posisi Indonesia tergabung dengan pasukan dari negara lain, sehingga hanya bisa memantau situasi dan tidak bisa melakukan intervensi lebih jauh.
Sementara itu Kepala Pusat Penerangan (Kapuspen) TNI Mayjen TNI Hariyanto di Jakarta, Kamis (10/10), menyatakan bahwa prajurit TNI yang bertugas bersama Pasukan Perdamaian PBB di Lebanon (UNIFIL) terkena serangan tembak militer Israel (IDF). Ia menjelaskan prajurit yang kena serangan tembak itu mengalami luka ringan pada kaki dan dalam kondisi normal. "Pada Kamis 10 Oktober 2024 pukul 05.05 waktu setempat di Tower Pengamatan (OP 14) Naqoura telah terjadi aktivitas saling tembak antara IDF dan Hizbullah, terdengar ledakan dari kedua belah pihak," kata Kapuspen TNI menjelaskan kronologi peristiwa. "Situasi kontak tembak terus terjadi dan tank Merkava IDF mulai terpantau keberadaannya di seputaran Green Hill. Rekoset (peluru nyasar, red.) luncuran mengenai menara pengamatan (OP 14) yang diduduki oleh personel pengamat situasi," tambah dia. Hariyanto menyebut personel TNI itu terluka akibat rekoset baku tembak IDF dan Hizbullah. Siaran resmi UNIFIL yang dikeluarkan tidak lama setelah insiden itu menyebut tank Merkava IDF membidik dan menembak ke arah menara pengamat di Markas UNIFIL di Naqoura, Lebanon. UNIFIL mengingatkan serangan apapun yang sengaja ditujukan kepada prajurit pasukan perdamaian merupakan pelanggaran terhadap Resolusi Nomor 1701 Dewan Keamanan PBB. "Kami menindaklanjuti masalah ini dengan IDF (militer Israel)," kata UNIFIL dalam pernyataan resminya yang dikutip di Jakarta, Kamis (10/10).
Baca juga: TNI jaring 6 ribu ton sampah dalam program Ciliwung Bening Baca juga: KSAD sebut TNI komitmen bantu bersihkan sampah di sungai dan danau